FILSAFAT DALAM RANAH TEOLOGI
Filsafat sering dipandang sebagai cabang ilmu yang bertentangan dengan teologi. Salah satu tokoh Kristen yang cukup terkenal adalah Tertulianus yang tidak setuju filsafat dimasukkan ke dalam teologi. Tidak hanya umat Kristen yang bersikap alergi terhadap filsafat, ada pula ateis yang berpandangan serupa. Stephen Hawkins adalah salah satu fisikawan ateis yang berpandangan bahwa filsafat sudah mati.
Salah satu teolog reformed dari Swiss, Karl Barth menyatakan bahwa filsafat harus dipisahkan dari teologi. Menurutnya bahwa pewahyuan teologi adalah dari Tuhan. Pemahaman teologi menurut Karl Barth adalah dari atas ke bawah, yaitu pengetahuan yang diberikan oleh Tuhan di sorga kepada manusia di bumi (Diller, 2010, p. 1046).
Menurut Colin Brown, profesor di bidang sistematika
teologi di Seminari Teologia Fuller menyatakan bahwa kelompok Kristen yang
menolak filsafat adalah karena mereka menganggap filsafat dapat membuat
sebagian orang Kristen ragu-ragu
Padahal, Paulus tertulis dalam Titus 1:12 mengatakan bahwa orang Kreta adalah pembohong dengan mengutip salah satu ucapan dari filsuf Kreta. Dalam Kisah Para Rasul 17:18, para filsuf Epikurian dan Stoa bertanya jawab dengan Paulus. Hal ini membuktikan bahwa Paulus adalah sosok yang terpelajar dan tentu ia telah menguasai filsafat Yunani.
Paulus adalah seorang yang terdidik, hidup di tengah budaya Helenisme, di kota pelajar Tarsus, serta menerima pendidikan terbaik menjadi beberapa alasan yang mendasari bahwa Paulus tentu mempelajari filsafat Yunani. Beberapa ahli bahkan menyatakan Paulus memiliki pemahaman yang baik mengenai filsafat Stoa.
Menurut Rudolf Bultman, tulisan Paulus misalnya
dalam Kolose 1:16-17 yaitu “segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia.
Ia ada terlebih dahulu dari segala sesuatu dan segala sesuatu ada di dalam Dia”
memiliki kemiripan dengan filsafat Stoa
Mark Link juga menyatakan hal serupa,
yaitu pengaruh filsafat Stoa terhadap tulisan Paulus. Menurutnya, hal ini bisa
dilihat dalam gaya penulisan diatribe Paulus pada Roma 2:1-24 dan 1
Korintus 9. Pidato Paulus yang berisi kecaman-kecaman yang tajam menurutnya
menunjukkan pengaruh Stoa pada pemikiran Paulus
Ia mengasosiasikan diatribe dengan filsafat Stoa karena gaya penulisan ini berasal dari tradisi kaum Stoa (Burns, 2015, p. 9). Pidato Paulus di Areopagus mengutip penyair Stoa yang terkenal yaitu Aratus. Namun, pengaruh Stoa terhadap pemikiran Paulus amat kecil. Paulus juga selalu menambahkan pengertian baru setiap ia menggunakan argumentasi dengan gaya Stoa (Sadono & Sahartian, 2020, p. 139).
Berdasarkan tinjauan ini, dapat dikatakan filsafat memiliki hubungan yang erat dengan teologi. Filsafat dapat dijadikan alat untuk memahami teologi dengan baik. Mengenai Kolose 2:8 sebenarnya Paulus menyatakan berhati-hatilah dengan filosofi dan omong kosong yang berdasarkan tradisi manusia, dan berdasarkan prinsip dunia, serta tidak berdasarkan Kristus.
Thomas Aquinas berpendapat bahwa pemikiran manusia yang ditolak adalah yang tidak sejalan dengan Kristus. Menurutnya, bukan filsafat yang ditolak tetapi filsafat dan omong kosong yang tidak sejalan dengan Kristus (Budiman, 2010, p. 173). Tulisan Paulus dalam Kolose 2:8 yaitu “Βλέπετε μή τις ὑμᾶς ἔσται ὁ συλαγωγῶν διὰ τῆς φιλοσοφίας” (blepete me tis hymas estai ho sylagogon dia tes philosophias) yang sebenarnya sama sekali tidak menolak filsafat.
Kata συλαγωγῶν (sylagogon) akar katanya dari kata kerja συλαγωγέω (sulagogeo) berarti ditawan dan menurut Kamus STRONG 4812 dapat juga berarti “I make victim by fraud” yang berarti menjadikan korban dengan penipuan. King James Version menerjemahkan menjadi “spoil” sedangkan New American Standard menerjemahkan “sylagogon” menjadi “captive” atau menawan.
Maka Paulus bermaksud agar umat Kristen jangan sampai ditawan, lebih tepatnya jangan menjadi korban dari filosofi yang tidak sejalan dengan Kristus. Apabila seseorang belajar filsafat dan tidak menjadi korban dari belajar filsafat, maka ia tidak bersalah. Menjadi korban di sini adalah kehilangan keimanannya kepada Yesus karena filsafat dan omong kosong yang bertentangan dengan Kristus.
Kolose 2:11 menyatakan bahwa orang Kristen telah disunat, bukan oleh sunat lahiriah melainkan sunat Kristus, yang terdiri dari penanggalan akan tubuh yang berdosa. Oleh sebab itu, Calvin berkata frasa “roh-roh dunia” dalam ayat 8 bermaksud tradisi manusia yang kosong seperti penekanan sunat yang berlebihan (Budiman, 2010, p. 174).
Dalam ayat 11 juga bisa difahami bahwa Paulus seperti di tulisan lainnya tentang sunat, menyatakan bahwa sunat lahiriah tidak menyelamatkan. Hal ini bisa dilihat bahwa Paulus menekankan sunat yang dilakukan adalah sunat yang bukan dilakukan oleh manusia, tetapi sunat Kristus. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada larangan bagi umat Kristen untuk mempelajari filsafat.
Ketika seseorang berpikir secara kritis, ia sudah berfilsafat. Apabila seorang teolog mempelajari Alkitab, ia tentu mengalami suatu kondisi yaitu berpikir, di situ ia sudah berfilsafat. Yesus berkata dalam Matius 22:37 bahwa manusia juga harus mengasihi Tuhan dengan akal budi.
Hal ini berarti Yesus ingin kita melibatkan pikiran kita yaitu akal budi kita. Dengan demikian, kita sudah berfilsafat. Amsal 4:6 memberikan nasihat untuk mencintai hikmat dan Amsal 5:1 mengajak untuk memperhatikan hikmat. Kata hikmat dalam Amsal 5:1 pada versi LXX atau Septuagint adalah σοφία (sophia) yang sama dipakai dalam kata filsafat. Maka dapat dinyatakan bahwa Alkitab mengajak kita mencintai hikmat (sophia) itu. Hal ini jelas mempertegas bahwa umat Kristen justru dianjurkan berfilsafat.
Bibliography:
Brown, C. (1994). Filsafat
dan Iman Kristen. Surabaya: Momentum.
Budiman, K. S. (2010). Mengubah Air Filsafat Menjadi Anggur Teologi. Veritas, 11(2), 173-174
Burns, A. (2015). Diatribe
and Plutarch's Practical Ethics PhD Thesis. Iowa Research Online, 9.
Diller, K. (2010). Karl Barth and the Relationship Between Philosophy and Theology. Quarterly Review of Philosophy and Theology, 1046.
Drane, J. (1996). Memahami
Perjanjian Baru: Pengantar Historis - Teologis. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Link, M. (1982). Lord,
Who Are You: The Story of Paul & The Early Church . Valencia: Tabor
Publishing.
Sadono, S., &
Sahartian, S. (2020). Paulus Sebagai Teladan Pendidik Kristen Masa Kini. Jurnal
Pendidikan Agama Kristen Regula Fidei, 5(2), 139.
Comments
Post a Comment