FILSAFAT EMPIRISME

Empirisme adalah berasal dari bahasa Inggris empiricism dan experience. Akar katanya dari bahasa Yunani empeira dan dari kata experieta yang memiliki arti berpengalaman. Bagi kaum empiris, pengetahuan itu berasal dari pengalaman inderawi dan dengan demikian menyatakan bahwa pengalaman adalah satu-satunya sumber utama dari pengetahuan, bukan akal (Bagus, 2002)

Menurut A.R. Lacey bahwa empirisme adalah aliran filsafat yang berpandangan bahwa pengetahuan diperoleh berdasarkan pengalaman dari indera manusia (Lacey, 2000)

David Hume adalah penyusun aliran empirisme dan menjadi antitesis dari rasionalisme. Apabila Descartes menggunakan skeptisisme sebagai landasan rasionalismenya, David Hume mengutamakan sikap obyektif sebagai syarat mutlaknya (Lubis, 2015).

Subjek rasio tidak akan memiliki informasi apapun apabila tidak bersentuhan dengan obyek pengalaman. Empirisme menggunakan metode penyimpulan induktif yang bergerak dari satu premisi minor ke premis mayor sampai kepada kesimpulan umum. Contohnya besi, tembaga, aluminium dan jenis logam lainnya akan memuai apabila dipanaskan. 

Maka dapat disimpulkan bahwa semua logam bila dipanaskan akan memuai (Barus, 2013, p. 314). David Hume menyatakan bahwa mustahil mengungkapkan hakikat manusia secara intuitif, sehingga diperlukan metode induktif ketimbang deduktif. Aliran filsafat ini merupakan antitesis dari aliran filsafat rasionalisme (Lubis, 2015).

📚📚📚📚📚📚📚📚📚📚📚📚📚📚📚📚

Pemikiran empirisme ini merupakan hal yang dapat dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari. Banyak orang yang memiliki pemikiran empiris sadar atau tidak disadari. Empirisme tidak hanya bisa diterapkan dalam eksperimen saintifik dalam meneliti saja. Seseorang dapat menggunakan pendekatan empiris dalam menganalisis suatu kondisi atau masalah sehari-hari. 

Contohnya dalam hal menilai sifat manusia di mana pengalaman sangat diperlukan. Dalam rangka memiliki penilaian yang baik terhadap karakter seseorang, kita dapat melakukannya dengan berinteraksi langsung dengan orang tersebut. Pengalaman yaitu interaksi dengan orang yang sifatnya ingin kita ketahui memberikan pengetahuan tentang orang itu.

Contoh lainnya yaitu bagaimana memahami sebuah rasa, misalnya rasa dalam makanan. Daripada hanya memikirkan rasa dalam makanan tersebut, alangkah baiknya makanan tersebut dimakan agar rasanya bisa diketahui. Cara mengetahui sebuah obat itu baik atau tidak adalah dengan meminumnya, apabila menggunakan pendekatan empirisme. 

Apabila obat itu berkhasiat, maka artinya obat itu baik bagi orang yang meminumnya. Sebaliknya, apabila obat itu tidak berkhasiat bahkan memberikan efek yang berbahaya, artinya obat itu tidak cocok bagi orang yang telah meminum obat itu. 

Hal tersebut merupakan contoh implementasi terhadap pendekatan empiris dalam kehidupan sehari-hari. Cara memperoleh pengetahuan dalam aliran empirisme ini disebut a posteriori atau post to experience yang berarti diperoleh setelah pengalaman (Poedjiadi & Muchtar, 2014).

Silahkan klik → Kelemahan aliran empirisme

Bibliography:

Bagus, L. (2002). Kamus Filsafat. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Barus, Z. (2013). Analisis Filosofis Tentang Peta Konseptual Penelitian Hukum Normatif dan Penelitian Hukum Sosiologis. Jurnal Dinamika Hukum, 13(2), 314.

Lacey, A. (2000). A Dictionary of Philosophy. New York: Routledge.

Lubis, N. A. (2015). Pengantar Filsafat Umum. Medan: Perdana Publishing.

Poedjiadi, A., & Muchtar, S. A. (2014). Filsafat Ilmu. Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka.

Comments

Popular Posts