KELEMAHAN ALIRAN EMPIRISME
Dengan empirisme, segala spekulasi yang hanya berdasarkan akal, logika manusia, tanpa pembuktian akan tereliminasi. Pendekatan empirisme dalam memperoleh pengetahuan sangat berguna untuk mengikis segala spekulasi dari akal manusia yang membingungkan. Lalu apakah empirisme tidak luput dari kelemahan? Tentu saja tetap ada kelemahan. Jika seseorang bermimpi bertemu sosok yang ia yakini Tuhan, malaikat, setan atau makhluk lainnya, pengalamannya akan membuktikan bahwa sosok yang ia lihat benar-benar ada.
Tetapi apakah pengalaman tersebut bisa jadi sumber pengetahuan untuk mengadakan sosok yang ia lihat? Apakah dengan pengalaman tersebut menjadi bukti yang sah untuk diterima sebagai kebenaran mutlak bahwa sosok yang dilihat adalah benar-benar ada?
Bagaimana jika ia sedang dalam pengaruh obat-obatan atau delusi? Atau mungkin orang yang sedang mengalami itu sedang gangguan jiwa? Hal ini dapat ditanyakan kepada kita apabila kita juga mengalami hal serupa. Dalam rangka menguji pengalaman tersebut, maka yang dilibatkan adalah rasionalisme atau akal kita dalam menganalisis kejadian itu.
Seseorang yang mengalami hal-hal tersebut bisa saja menyimpulkan bahwa benar mereka bertemu makhluk-makhluk tak kasat mata. Dengan pengalaman empiris, mereka dapat menyimpulkan bahwa makhluk-makhluk tersebut benar-benar ada. Tetapi hal ini bisa dibantah dengan akal atau rasionalisme. Kaum rasionalis yang tidak percaya makhluk-makhluk metafisik akan membantah eksistensi makhluk-makhluk demikian dengan akalnya.
Contohnya, mereka akan berkata bahwa jika hantu tidak memiliki bentuk fisik, lantas tidak mungkin objek non fisik memantulkan cahaya ke mata manusia. Artinya, hantu sesungguhnya tidak dapat dilihat. Apabila dapat dilihat, maka bisa dipastikan itu adalah delusi secara psikologis. Dengan demikian, mengacu kepada argumentasi ini bahwa makhluk-makhluk tak kasat mata adalah tidak ada.
Kasus serupa juga dapat terjadi kepada pengalaman-pengalaman orang yang mengaku melihat hewan-hewan purbakala. Salah satu contohnya adalah melihat dinosaurus di danau Loch Ness yang sebenarnya bisa saja kayu, atau hewan lain.
Pengalaman seperti ini dapat dibenarkan oleh orang yang melihatnya. Namun rasionalisme manusia dapat menjadi parameter untuk menguji kebenaran dari pengalaman tersebut. Persepsi manusia dapat juga dipengaruhi oleh halusinasi yaitu melihat sesuatu yang sebenarnya tidak ada. Selain itu, ada ilusi yaitu melihat sesuatu yang tidak sesuai dengan kenyataan. Contohnya melihat pensil yang bengkok di air karena ilusi optik.
Comments
Post a Comment